Kehidupan rumah tangga sering digambarkan bagaikan bahtera ditengah samudera. Sebagai nahkoda dalam bahtera, seorang suami dan isteri dituntut untuk menjadi pribadi yang tangguh. Dalam pelayaran menuju ke tujuan tidak jarang dijumpai berbagai gangguan. Cuaca yang buruk, terpaan ombak mulai dari yang terkecil, sampai yang terbesar bahkan guruh dan badai akan siap menghadang. Hanya pribadi yang tangguh dan kerja sama yang baik antara nahkoda dengan seluruh awak kapal, yang akan mampu melewati segala gangguan dan pada akhirnya akan menghantarkan pelayaran itu selamat sampai tujuan.
Begitulah gambaran kehidupan rumah tangga. Tidak selalu dalam perjalanannya mulus. Akan tiba saatnya menemui jalan yang berlubang, bergelombang dan juga terjal. Oleh karenanya dalam menempuh perjalanan yang penuh liku tersebut butuh kesiapan dan bekal. Hanya dengan kesiapan dan bekal wawasan yang cukup, setiap dinamika kehidupan rumah tangga akan dapat dijalani dengan baik dan tepat.
Berikut ada kiat-kiat dan tips dalam menyelesaikan permasalahan dalam rumah tangga.
1. JALIN KOMUNIKASI YANG BAIK DAN TERBUKA.
Akhir-akhir ini telah menggejala fenomena kawin cerai. Belum lama usia perkawinan harus berserakan ditengah perjalanan. Angka perceraian dari tahun ke tahun semakin meningkat. Tentu ini sangatlah memprihatinkan. Dan kalau kita kaji, ternyata salah satu faktor penyebab perceraian itu adalah kurangnya komunikasi yang baik dari pasangan suami istri.
Kurang /terhambatnya komunikasi dapat menyebabkan lahirnya banyak masalah. Sesuatu yang wajar akan bisa berujung jadi masalah disebabkan kurangnya komunikasi. Masalah yang ringan akan menjadi berat. Bahkan tidak jarang ketika ada permasalahan timbul, masalah-masalah yang terpendam pun turut mengemuka sehingga permasalahan semakin rumit dan semakin sulit tuk mencari solusinya.
Pada saat itulah kedua belah pihak baru menyadari bila ternyata dirinya sangat jelek dihadapan sang pasangan, begitu banyak kesalahan dan kekurangan. Padahal, seandainya sejak awal masalah-masalah tersebut dapat dikomunikasikan dengan baik, tentu tidak akan berujung pada masalah. Penyelesaiannya pun akan lebih mudah. Ibarat benang kusut, satu persatu masih bisa diurai dengan gampang.
Oleh karenanya bagi pasangan-pasangan suami isteri harus mampu mengembangkan komunikasi yang baik, agar tidak muncul permasalahan-permasalahan yang besar di kemudian harinya. Akan lebih baik sesibuk apapun dalam bekerja, masih ada kesempatan tertentu untuk bicara berdua, masih ada waktu khusus untuk sharing dan curhat bersama. Dan dalam berkomunikasi hendaknya selalu bepegang pada prinsip qaulan ma’rufa (perkataan yang baik).
2. MEMAHAMI KEKURANGAN PASANGAN.
“Al insaanu mahallul khatha’ wannisyaan” (Setiap insan tak luput dari salah dan lupa). Kesadaran ini hendaknya selalu dan selalu dibangun dan disadari oleh setiap pasutri. Sebelum pernikahan dilaksanakan petugas KUA selalu menanyakan kepada pasangan catin (calon pengantin), sudah mantapkah kedua catin terhadap rencana pernikahan yang akan dilaksanakan, ikhlaskah keduannya dalam menerima satu sama lain sebagai pasangan hidupnya dalam kehidupan rumah tangga. Keikhlasan menerima satu sama lain itu berarti mau menerima dengan bijaksana kondisi satu sama lain apa adanya, baik kelebihan maupun kekurangannya. Keikhlasan yang tertanam pada waktu pra nikah harus tetap dipelihara dan dipertahankan dalam kehidupan rumah tangga. Sehingga segala kekurangan yang ada tidak akan menjadi penghalang atau penghambat terwujudnya kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangga.
3. MELIHAT PERMASALAHAN PADA TAKARAN YANG BENAR.
Dalam menghadapi masalah, juga hendaknya suami atau istri bisa memilah-milah dengan baik, mana yang termasuk perkara besar dan mana yang kecil. Mana masalah yang perlu diangakat ke permukaan, mana yang cukup dipendam dan diselesaikan sendiri. Kebijaksanaanan dalam memandang suatu permasalahan merupakan bagian dari solusi permasalahan tersebut.
4. SENANTIASA MENAHAN AMARAH.
Sebagai manusia yang memiliki nafsu tentunya tak bisa lepas dari kemarahan. Marah adalah hal yang wajar karena itu bagian dari kodratnya. Namun, hendaknya kodrat itu tidak disalahgunakan, karena akan banyak mendatangkan kemudharatan. Bayangkan ketika pasangan suami isteri sedang dalam pertengkaran dan masing-masing tidak dapat mengendalikan amarahnya, tentu akan banyak dampak negatif yang ditimbulkan, banyak piring berterbangan secara liar menyambar apa saja, cermin-cermin hancur, meja kursi terbalik, suara gaduh dan berisik yang sangat mengganggu, banyak kata-kata umpatan yang terlontar bahkan kekerasan dalam rumah tangga pun sangat mungkin terjadi. Menyikapi suatu permasalahan dengan amarah tidak akan pernah berujung pada solusi akan tetapi akan mengakibatkan permasalahan itu semakin besar dan hebat dengan dampak yang luar biasa.
Islam menawarkan tips-tips dalam meredam amarah, diantaranya membaca ta’awudz seraya bedoa agar terhindar dari provokasi setan, duduk ketika sedang berdiri atau berbaring ketika sedang duduk, dan berwudhu atau mandi dengan air dingin.
5. MUDAH MEMINTA MA’AF DAN MEMA’AFKAN
Kata maaf menjadi sesuatu yang mahal harganya manakala dihadapkan pada keyakinan bahwa kita adalah yang paling benar. Dan ketika terbukti pasangan salah maka seakan kita tak terima dengan kesalahannya dan tak ada kata maaf. Sementara ketika kita yang salah, sulit untuk mengucapkan permintaan maaf.
Inilah manusia yang kadang angkuh untuk mengakui kesalahannya atau memaafkan kesalahan orang. Padahal maaf bisa menjadi penghilang permasalahan dan penyirna perasaan benci. Oleh karena dalam kehidupan rumah tangga hendaknya setiap kita berupaya untuk menjadi pribadi yang pemaaf dan mudah meminta maaf ketika berbuat salah. Walaupun mungkin kesalahan kita atau pasangan sangat besar, ketika kata maaf sudah diucapkan itu menjadi pertanda pertobatan kita atau pengakuan kesalahan pasangan untuk memperbaiki dirinya, sehingga sudah seharusnya diterima.
Rasulullah Shalallahu a’layhi wasallam telah memberikan tauladan yang baik. Beliau Rasulullah adalah manusia yang terbukti paling mudah memaafkan manusia, bahkan terhadap para musuhnya. Jadi, kenapa berat meminta maaf atau memaafkannya bila memang itu jalan penyelesaian ?
6. MEMBUANG PERASAAN EGOISME
Suami maupun isteri bisa diibaratkan bagai shampo 2 in 1. Dengan segala perbedaan latar belakang dan karakter seorang suami dan isteri hidup dalam satu kesatuan dalam kehidupan rumah tangga. Karena sudah merupakan satu kesatuan, maka pertimbangan kemaslahatan bersama menempati posisi tertinggi dalam mengambil langkah dan keputusan. Dengan demikian rasa egoisme sudah tidak akan pernah mendapatkan tempat lagi dalam kehidupan rumah tangga. Ketika seorang suami ataupun isteri akan melakukan sesuatu, maka sebelum melakukannya hendaknya dia menimbang-nimbang dulu langkahnya. Apakah langkahnya itu akan memberikan kemaslahatan pada keluarga atau sebaliknya. Kalau ternyata setelah dipertimbangkan akan banyak mendatangkan mudharat bagi keluarga, maka sikap yang tepat adalah meninggalkan langkah itu, meskipun sebenarnya ia sangat ingin melakukannya.
2 komentar:
tips yang sangat bermanfaat dan penuh pembelajaran sobat, Insyaallah tips ini membuat kehidupan berumah tangga menjadi lebih harmonis dan di jauhkan dari segala masalah yang tidak diharapkan.. amin..
Aamiin ya Rabbal 'alamiin, smoga Allah Subhanahu wa ta'ala senantiasa mengabulkan do'a dan harapan yang baik ini...., terimakasih Mas A.Antos sudah berkenan membaca dan memberikan apresiasi untuk artikel ini, smoga maas senantiasa sehat dan dalam lindungan Allah Subhanahu wata'ala....aamiin
Posting Komentar